Powered By Blogger

Sejuta Rasa Dalam Kereta

Berkereta, sudah menjadi rutinitasku sehari-hari. Menunggu, mengejar, dan ditinggal kereta, bahkan lompat peron pun sudah menjadi hal biasa yang dilakukan rokermania lainnya. Banyak cerita di sepanjang perjalanan batu ceper-pasar minggu, dari Senin sampai Sabtu.

Aku senang naik kereta. Selain nyaman, disini aku bisa melihat wajah-wajah penuh semangat dan perjuangan. Dan wajah-wajah baru tentunya. Iya, aku menemukan banyak orang dengan tipe yang berbeda-beda. Dan sering pula bertemu orang yang sama setiap harinya.

Mulai dari seorang nenek yang setiap hari curhat tiada henti, ada juga tante-tante karier fashionable berhati malaikat (aku dan ika biasa memanggilnya ibu-ibu kalibata). Ada pula mas-mas absurd yang sepanjang jalan sampai pasar minggu selalu tidur dengan slayer menutupi hampir seluruh wajahnya tanpa malu.

Dan di kereta jugalah awal aku bertemu dengan dia. Dia yang mampu membuatku berpaling dari diktat yang tadinya kupandang, dia yang membuat jantung berdegup kencang, dia yang bisa mengobati hatiku yang malang. Namun sayang, pandangnya kerap terhalang.

Masih terekam jelas di ingatan saat pertama kali melihatnya. Mataku tertuju pada sosok pria bertubuh layaknya galah, berjaket dan sepatu dengan warna senada, abu-abu muda. Ada ketertarikan tersendiri yang kulihat darinya. Entah senyumnya, style-nya, atau kepribadiannya yang sekilas terlihat hangat. Semua benar-benar memikat.

Apa ini yang orang bilang cinta pandangan pertama? Wajarkah mencintai dan mengagumi seseorang yang bahkan namanya saja tidak tahu? Aneh memang. Tapi ini nyata..

Hari-hari berikutnya, aku masih melihatnya. Diam-diam memperhatikannya dari jauh dengan ketidakpastian apakah hatiku di hatinya akan berlabuh. Hanya beku membisu saat ia tepat disisiku, ada rindu yang tersirat saat ia tak terlihat.

Semakin sering melihatnya, aku pun mengetahui bahwa ia adalah seorang mahasiswa FISIP di suatu Universitas negeri di Depok, yaitu Universitas Indonesia. Dengan bermodalkan keingintahuan yang amat sangat dan jejaring sosial, akhirnya aku tahu namanya.. Senang dapat mengenalnya, walau dengan cara yang tidak nyata.

Teruntuk kamu, pemilik inisial A.H ..
Aku tidak meminta kau mengenalku, apalagi balik mencintaiku. Terlalu muluk ku tahu itu. Aku hanya ingin selalu mengawali pagi-pagiku dengan melihatmu disini setiap hari..

Gerbong tujuh tangerang-duri.. :’)    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar